Saat bergaul dan berinteraksi dengan banyak
orang, ….
tanpa
disadari kata-kata mengalir dari mulut kita seolah keluar tanpa
beban.
Tak jarang, bersamaan dengan keluarnya
kata-kata, mengalir pula dosa, ….
mulai dari
menggunjingkan tetangga, membanggakan dan memamerkan diri, berbohong,
dan perbuatan tidak terpuji lainnya.
Semudah itu manusia melakukan
dosa…
Bahkan, saking terbiasanya sangat banyak dosa-dosa yang sudah tidak
dirasa lagi…
sebagai perbuatan salah yang berat
konsekuensinya.
“Dosa yang tak dirasa” tidak selalu identik
dengan dosa kecil. Pun, “dosa tak dirasa” tidak selalu berarti sebagai kecenderungan orang
yang tidak sadar akan perbuatan dosa karena kecilnya…
Boleh jadi, jika kita lihat fenomena yang
ada,…
dosa besar sekalipun tidak sedikit dianggap biasa dan tidak lagi dirasa
sebagai dosa karena terlalu seringnya dilakukan.
Tentu saja sikap seperti itu jauh lebih
berbahaya dari sekadar mengabaikan dosa yang dianggap
kecil.
Dengan demikian, secara prinsip tidak ada bedanya antara dosa kecil dan
dosa besar karena keduanya memiliki potensi ancaman datangnya azab
Allah Swt .
Selain keduanya juga memiliki
peluang yang sama untuk diampuni Allah Swt.
Bisa dikatakan bahwa…
besar dan
kecilnya suatu dosa tidak diukur dengan seberapa besar ancaman siksa
yang akan
diterima…
namun diukur dari seberapa besar kesadaran orang terhadap dosa yang
dilakukannya…
Boleh jadi dosa itu kecil dan remeh, namun jika dilakukan
dengan terus menerus dan tidak disertai istighfar,…
akan menjelma
menjadi dosa besar.
Pun sebaliknya, boleh jadi dosanya besar, namun karena kesadaran tinggi
akan akibat yang ditimbulkan,…
mendorongnya untuk bertobat dan tidak
mengulanginya lagi, maka dosa tersebut sebetulnya menjadi kecil bahkan
terhapus di hadapan Allah.
Relativitas kecilnya dosa menunjukkan bahwa sebetulnya tidak ada yang besar…
Relativitas kecilnya dosa menunjukkan bahwa sebetulnya tidak ada yang besar…
jika disertai tobat…
dan tidak ada yang kecil…
jika dilakukan terus
menerus.
No comments:
Post a Comment