BELAKANGAN ini, berita tentang kasus pemerkosaan
kian ramai terjadi. Ironisnya, kasus pemerkosaan ini tidak saja
dilakukan oleh mereka yang bisa dikatakan awam, tetapi juga dilakukan
oleh oknum pegiat ilmu, aparat bahkan kalangan yang dikenal sebagai
penjaga gawa hukum dan pengadilan.
Sebagai Muslim tentu kita semua sangat menyesalkan, mengapa kasus
pemerkosaan dan tindakan asusila ini kian hari justru kian menjadi-jadi.
Akan tetapi, satu hal yang tidak bisa kita tunda adalah sesegera
mungkin membentengi keluarga kita dari akar terjadinya segala macam
bentuk tindak kemaksiatan, termasuk di dalamnya sebab utama sebuah
pemerkosaan dan tindakan asusila terjadi.
Menundukkan Pandangan
قُل لِّلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا
فُرُوجَهُمْ ذَلِكَ أَزْكَى لَهُمْ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا
يَصْنَعُونَ
“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah
mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian
itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
apa yang mereka perbuat.” (QS. An Nuur [24]: 30).
Menundukkan pandangan adalah perkara utama dan kunci dari keselamatan
seorang Muslim dalam memelihara jiwa dan akalnya dari ‘jajahan’ hawa
nafsu. Sepintas perintah ini seolah mudah alias gampang. Tetapi, kalau
dipikir lebih dalam, ternyata perintah ini sangat penting untuk
diamalkan.
Apalagi menjaga pandangan di zaman sekarang ini, betapa berat dan sangatlah sulit.
Mengapa? Dalam sehari semalam, utamanya bagi mereka yang aktivitasnya
di luar rumah, maka mata dalam situasi tertentu, mau tidak mau harus
melihat hal-hal yang dilarang agama. Seperti melihat aurat kaum hawa dan
lain sebagainya.
Masalahnya, di zaman modern seperti sekarang, di dalam rumah pun,
mata kita harus melihat hal yang dilarang. Entah itu kala menonton
televisi, maupun membuka situs berita, yang di dalamnya bukan saja
berisi iklan yang memerankan perempuan, tetapi juga berita perempuan
yang kadangkala foto yang ditampilkan sangat tidak relevan untuk
dipajangkan.
Sekali mungkin dimaklumi, tetapi kalau ini terus terjadi setiap hari? Istilah orang sekarang, “Nggak di rumah, di jalan, di kantor, bahkan di hand phone, foto perempuan selalu menantang di pelupuk mata.”
Mungkin, kala al-Qur’an memerintahkan umat Islam di masa Nabi dahulu,
sebagian orang melihat perintah ini (menundukkan pandangan) gampang
dilaksanakan. Selain karena perempuannya memang sudah menutup aurat,
teknologi zaman itu tidak seperti sekarang. Akhirnya, selama di dalam
rumah, di jamin mata akan terjaga kesuciannya.
Berbeda sekali dengan zaman sekarang. Jangankan orang yang memang
sengaja melampiaskan pandangannya, yang menundukkan pandangan pun tidak
bisa 100 persen terjaga dari maksiat mata.
Untuk itu, Islam sebagai agama universal telah mengantisipasi
kejadian seperti zaman sekarang ini. Empat belas abad silam, di saat
manusia tidak seberapa dan teknologi informasi dan komunikasi tidak
secanggih saat ini, Rasulullah telah memberikan nasehat yang sangat
penting bagi Muslim zaman ini.
“Wahai Ali, jangan kamu ikuti pandangan pertama dengan pandangan
berikutnya, karena yang pertama itu boleh (dimaafkan sedangkan yang
berikutnya tidak.” (HR. Tirmidzi).
Alasan dari hadits tersebut dijelaskan pada hadits yang lain. “Pandangan
mata adalah panah beracun di antara panah-panah iblis. Barangsiapa
meninggalkannya karena takut kepada-Ku maka Aku ganti dengan keimanan
yang dirasakan manis dalam hatinya.” (HR. Hakim).
Dua hadits ini telah memberikan penjelasan bahwa pandangan mata itu
sangat berbahaya. Dan, dari beberapa kasus pemerkosaan yang terjadi,
sebagian besar berawal dari pandangan mata yang dilampiaskan. Oleh
karena itu, menjaga mata atau menundukkan pandangan sungguh sangat
penting untuk diamalkan.
Jangan Ada Niat Buruk
Bagaimana ternyata jika upaya kita menjaga pandangan tidak
benar-benar maksimal, karena memang sekarang gambar atau ‘perhiasan’
perempuan ada dimana-mana?
Kita harus tetap pada posisi tidak melampiaskan pandangan untuk
menikmati hal-hal yang diharamkan Islam. Jika pemandangan haram itu
tetap tidak bisa dihindari maka sungguh Allah Maha Mengetahui.
يَعْلَمُ خَائِنَةَ الْأَعْيُنِ وَمَا تُخْفِي الصُّدُورُ
“Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati.” (QS. 40: 19).
Menafsirkan ayat tersebut, Ibn Katsir mengatakan bahwa Allah
memberikan kabar tentang ilmu-Nya yang sempurna dan meliputi segala
sesuatu, baik yang terhormat dan yang hina, yang besar dan yang kecil,
atau pun kasar dan yang lembut, agar manusia waspada terhadap
pengetahuan-Nya kepada mereka.
lebih dari itu juga agar kita malu kepada Allah Ta’ala dengan
sebenar-benarnya malu dan bertakwa kepada-Nya dengan sebenar-benar
takwa, serta merasa diawasi-Nya dengan pengawasan orang yang mengetahui,
bahwa Dia melihatnya.
Kemudian, Ibn Katsir mengutip penjelasan Ibn Abbas terhadap ayat tersebut. “Yaitu,
seorang laki-laki yang masuk ke sebuah rumah yang salah seorang
penghuninya terdapat wanita cantik, atau wanita itu sedang melewatinya.
Jika mereka lengah, dia pun menoleh kepada wanita itu. Dan, jika mereka
mengawasi, dia pun menahan pandangannya. Sesungguhnya Allah Ta’ala Maha
Mengetahui hatinya yang berkeinginan, seandainya dia berhasil melihat
auratnya.” (HR. Ibn Abi Hatim).
Kewajiban Muslimah
Jika pada ayat 30 dari Surah Al-Nur Allah memerintahkan secara
gamblang kepada Muslim laki-laki untuk menundukkan pandangan. Maka pada
ayat ke-31 Allah tidak saja memerintahkan Muslimah hanya menundukkan
pandangan. Lebih jauh juga menutup perhiasan yang haram dilihat lelaki
bukan mahrom.
“Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan
pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan
perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah
mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan
perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah
suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami
mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera
saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau
wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau
pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap
wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan
janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka
sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai
orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (QS. 24: 31).
Ayat tersebut secara eksplisit sangat panjang, selain karena tidak
ada salah paham, rincian tersebut memberikan penegasan bahwa siapa saja
Muslimah yang tidak hati-hati terhadap perhiasannya, maka sadar atau
tidak, ia sedang dalam potensi bahaya yang berpotensi merusak diri dan
masa depannya.
Oleh karena itu, dari hati yang terdalam, pihak mana pun harus
mendukung Muslimah negeri ini untuk menutup auratnya, karena itu adalah
perintah langsung dari Allah Ta’ala yang menciptakan manusia itu
sendiri. Sungguh, tidak bisa dibayangkan betapa sangat murkanya Allah
kepada siapa pun yang menghalangi kaum Muslimah menjalankan perintah
Allah Ta’ala yang Maha Hidup Maha Benar lagi Maha Mengetahui.
Bahaya Melampiaskan Pandangan
Seorang konsultan keluarga pada sebuah majalah komunitas mengatakan
bahwa menurut para pakar penyakit hati (qalbu), antara mata dan hati
terdapat jalur penghubung. Manakala pandangan mata sudah rusak dan
bobrok, hati pun ikut rusak dan bobrok serta menjad kotak sampah tempat
berbagai najis dan kotoran.
Ia tidak layak lagi menjadi tempat bersemayamnya ma’rifat tentang
Allah, kecintaan terhadap-Nya, ketundukan kepada-Nya dan ketentraman
serta kegembiraan dengan dekat bersama-Nya. Qalbu seperti ini hanya akan
diisi dengan keburukan demi keburukan.*
Rep:
Imam Nawawi
Editor: Cholis Akbar
No comments:
Post a Comment